Kamis, 16 Desember 2010

Tugas Terjemah (INTERVIEW SEORANG PENERJEMAH)


TUGAS INTERVIEW SEORANG PENERJEMAH
Oleh:
Alfa rizki Sundy         (07310068)
Hermi Ismawati          (07310109)
Nurul Imamah Aini     (07310116)

Indahnya dunia dengan kata-kata hambar tanpa kata-kata, genggam dunia dengan kata-kata menggapai seribu makna dengan kekuatan bahasa. Bisu tanpa kata, berfikir penuh makna, lewat goresan tintamu hingga kau tampak dalam sebuah karya nan abadi selamanya. Senandung nyanyian dalam sebuah karya penuh kata dan makna dari sebuah karya oleh Drs. Syafaat, M.pd, terlahir dari seorang wanita dengannya bersama cinta di sebuah kota yang bermakna diujung timur pulau jawa Banyuwangi,1974. Melanglang buana menempuh pendidikan hingga kau sampai pada titik perjuangan pembelajaran dalam Pendidikan Bahasa Arab IAIN Malang 2001. Anak-anak bangsa selalu membutuhkanmu dalam pesan-pesan goresan tintamu motivasi, dan semangat juangmu, hingga kau menjelaskan semuanya dalam pengabdianmu di Fakultas Sastra, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Negeri Malang. Sumbangsihmu terhadap perkembangan bahasa sungguh sangat besar.
            Gelar tak berarti tanpa hasil dan ijtihad, kini kau muncul dalam karyamu, seorang penerjemah pejuang kata-kata menjadi bagian dari kehidupanmu. Awal mula beliau menerjemah ketika duduk dibangku perkuliahan tepatnya tahun 1994. Di awali dari menerjemahkan sebuah artikel-artikel Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan sendiri. Kemudian diperlihatkan pada teman-teman, dan dosen-dosen sebagai perbaikan, setelah itu ditampilkan di mading-mading dan dinikmati khalayak umum.
            Berbagai cara beliau gunakan, diantaranya harus mengetahui bidang yang akan diterjemahkan, membaca secara keseluruhan dari buku sumber hingga dapat mengetahui maksud-maksud yang disampaikan dalam buku tersebut, menguasai nahwu dan shorof dan banyak kosa kata baik secara kontekstual maupun makna dari kata itu sendiri. Suka duka tak kunjung tiba tapi tak pernah putus asa, segala usaha telah beliau pakai mulai dari bantuan kamus-kamus, internet, dan buku-buku lainnya. Hinga mencapai kesempurnaan kata dan makna.
            Adapun beberapa metode beliau gunakan dalam menerjemah yaitu campuran antara metode Harfiyah (lafdhiyah) dan Tafsiriyah (ma’nawiyah). Menerjemahkan suatu kata, kalimat bahkan suatu buku tak terlepas dari berbagai motivasi yang menyebabkan beliau selalu semangat untuk melampaui berbagai tantangan dalam proses penerjemahan. Adapun motivasi beliau dalam menerjemahkan diantaranya: menerjemah merupakan suatu proses dalam memahami sesuatu, pepatah mengatakan: ’’dengan membaca maka seseorang akan mendapatkan 50%, dengan membaca dan menulis maka seseorang akan mendapatkan 60%, dan dengan membaca, menulis dan menerjemahkan maka seseorang akan mendapatkan 80% suatu ilmu yang baru”. Imam Ghazalipun berkata ”aplikasi dalam sebuah karya adalah salah satu metode dalam menyambung hidup”. yang berarti segala sesuatu yang kita ungkapkan yang mengandung arti merupakan dari kelangsungan hidup kita menggapai kehidupan yang lebih baik dan berarti bagi diri kita dan orang-orang disekitar kita.
Disamping itu motivasi beliau yaitu, menerjemah adalah suatu aktivitas yang   dapat mentransfer ilmu kepada orang lain, hingga suatu saat nanti, entah kapanpun karyanya dapat bermanfaat bagi orang lain. Sekalipun beliau tidak lagi berpijak di bumi permai ini. Seoarang penerjemah tidaklah luput dari rasa kebahagiaan yang mendalam, ketika karya-karyanya sudah terbit dalam suatu Media masa. Bahkan jika orang-orang memanfaatkannya sebagai sumber bacaan. Dinginnya tangan beliau hingga menghasilkan berbagai macam terjemahan, diantaranya: artikel-artikel, Qishah-qishah, thesis, dan sekarang dalam proses menerjemahkan sebuah buku yang berjudul  اعجاز القوآن .

Seorang pejuang yang mengabdikan namanya melalui tulisan untuk melahirkan sebuah karya. Seorang pemuda yang terlahir di sebuah kota santri, tepatnya Jombang, 7 Juli 1947 bernama Ahmad Fuad Efendi, M.Pd telah membuktikannya. Beliau menghabiskan masa pendidikan dasarnya di kota kelahirannya, kemudian dilanjutkan pendidikan menengahnya di sebuah kota Kesenian, tepatnya Pondok Modern ”Darussalam” Gontor, Ponorogo, Jawa Timur Indonesia. Dengan semangat juangnya, yang tak kenal lelah dan menyerah dalam belajar, beliau memperoleh gelar Sarjana Muda di sebuah Kota Pelajar, Yogyakarta yakni Unversitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dan gelar Magisternya diperoleh di Ibu Kota Negara Bumi Permai yang sangat kejam, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Konsentrasi Sastra Arab.
Seseorang tidak akan bisa menggapai angka sepuluh tanpa melewati angka-angka yang lain. Begitu juga seorang penerjemah. Pemuda nan gagah berani, semangatnya yang tak kunjung reda, memulai aktivitasnya untuk menerjemahkan sejak beliau duduk di bangku sekolah. Di awali dengan menerjemahkan kisah-kisah yang ada dalam buku ”Qiroatur Rosyidah”-Muthola’ah-. Semangat beliau dalam menerjemahkan tidak berakhir sampai disini, beliau tetap berjuang sampai di bangku perkuliahan dengan menerjemahkan berbagai artikel, kisah, dan segala bacaan yang dianggap beliau menarik dan mengikat hati. Diantara karya terjemahan beliau yang membuming yaitu دليل الشاعرين (Ensiklopedi Dakwah Islam) dan masih banyak lagi. Dalam mengekspose hasil terjemahan, beliau bekerjasama dengan berbagai media masa, diantaranya: Suara Muhammadiyah, Navila (Penerbitan novel-novel Arab).
Hidup merupakan sebuah tahapan. Semuanya dimulai dari angka nol hingga sampai pada tingkatan selanjutnya. Pemuda kelahiran tahun 40an ini memulai aktivitas menerjemahkan dengan beberapa tahapan untuk mencapai tingkat kesempurnaan. Hal ini tak luput dari pengetahuan beliau tentang bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik, baik dari segi sistematika penulisan maupun kosa katanya.
Teori tanpa praktek adalah kehampaan, begitu juga praktek tanpa teori berarti kosong. Oleh karena itu, keduanya harus selalu beriringan. Seorang penerjemah harus mengetahui metode-metode dalam menerjemahkan, seperti halnya yang telah dijelaskan dalam mata kuliah ”Nadloriyah Tarjamah”, diantaranya adalah metode harfiyah (menerjemahkan kata per kata), metode tasyrifiyah (menerjemahkan dengan memahami kalimat per kalimat), dan metode campuran (yakni dengan menerjemahkan kata per kata kemudian ditafsirkan maknanya secara global). Beliau sering kali menerjemahkan dengan cara membaca secara keseluruhan isi yang akan diterjemahkan, kemudian diteruskan dengan proses penerjemahan. Semua metode tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya praktek. Maka dari itu, yang paling penting dari semua itu adalah harus selalu mencoba, latihan dan latihan. Suatu kesalahan merupakan tantangan bagi seorang penerjemah dan itulah yang memebuat seorang penerjemah terus berjuang sampai titik kesuksesan.
Namun, dalam perjalanan menuju kesuksesan terdapat beberapa tikungan dan tanjakan yang harus dilalui. Begitu pula dengan seorang penerjemah, terlebih untuk kalangan pemula. Maka, mereka akan menemui banyak kosa kata asing yang tidak mereka pahami dan sulit untuk dipecahkan, kemudian perbedaan antara susunan kalimat dalam bahasa sumber dan sasaran. Sehingga dibutuhkan penguasaan materi bahasa.
Hidup itu selalu seimbang dan berpasang-pasangan. Ada hitam pasti ada putih. Ada kesulitan pasti ada kemudahan. Ada permasalahan pasti ada penyelesaian. Beliau selalu berusaha untuk selalu memecahkan permasalah-permasalahannya dalam menerjemahkan dengan selalu berlatih dan berlatih. Hasil terjemah beliau didiskusikan kepada yang lebih tau untuk perbaikan, kerena penerjemah itu adalah suatu keterampilan (الفن). Seorang penerjemah juga harus selalu membaca, membaca dan membaca. Karena dengan membaca maka akan banyak menemukan kosa kata yang tidak dimengerti, dan dengan itu pula maka seorang penerjemah harus mencarinya dalam sebuah kamus. Kamus yang paling baik bagi seorang penerjemah adalah kamus yang dari satu rumpun bahasa. Sehingga kita bisa mengetahui makna dari kosa kata tersebut dengan bahasa yang sama dan itu akan memudahkan dalam penafsiran atau pemilihan makna kata.
Seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu tentulah ada faktor yang mempengaruhinya yang biasa disebut dengan motivasi. Adapun motivasi beliau yaitu ketika melihat sesuatu yang menarik dan mengikat hati bagi dirinya. Sehingga beliau terdorong untuk menerjemahkan agar dikonsumsi orang lain-eman, kalau ada sesuatu yang bagus dan menarik, orang lain tidak bisa menikmatinya-red.
Perasaan bangga, senang, bahagia, pastilah menguasai seseorang ketika telah menghasilkan sebuah karya. Begitupula dengan seorang penerjemah. Beliau tak terlepas dari perasaan itu, apalagi kalau hasil karyanya telah diterbitkan dalam media masa dan bisa dinikmati oleh khalayak umum.

Malang, 12 Mei 2009


Ahmad Fuad Efendi, M.Pd 




Mendapatkan Foto Bisa Klik File Ini


1 komentar:

  1. Adakah terjemahan Qiro'atu Rosyiydah juz 2, kalau ada saya mesen satu,
    Tolong dgn sms ke 08983328912..

    BalasHapus